Setiap apa yang dilhat dan dirasakan bisa menjadi bahan pengajaran yang berharga untuk disampaikan.
Senin, 27 Februari 2012
Renungan Doa Iftirosyi
Praktek duduk iftirasy :
Duduklah dengan tenang dan rileks,
tetap pertahankan kondisi jiwa tetap berada di atas, selalu berada dalam
keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh dan selalu ada di dalam kesadaran
sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan), dan ucapkan :
Rabbighfirly (Ampunkan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA PENGAMPUN (AL-GHAFUR) dan tunggu respon ampunanNYA. Rasakan sesuatu
mengalir ke dalam dada, sesuatu yang sangat menyejukkan yang membuat kita
merasa lapang dan lega.
Pada duduk iftirasy, tetap pertahankan kondisi jiwa tetap
berada di atas, selalu berada dalam keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh
dan selalu ada di dalam kesadaran sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan).
Di dalam duduk iftirasy terdapat bacaan do’a yang kita
komunikasikan dengan ALLAH, memohon pertimbangan (petunjuk), memohon
kesejahteraan, kesehatan maupun ampunan.
Secara psikologis manusia akan merasa lega setelah
melampiaskan persoalan yang menghimpitnya kepada sahabatnya yang paling dekat,
ia akan merasa puas apabila sang sahabat memberikan tanggapan dan empati yang
menenangkan, meghibur dan memberinya jalan keluar. Kondisi ini akan terasa
sampai hari-hari berikutnya, persoalan di dalam dadanya terasa dicabut.
Warhamni (Rahmati aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA PEMURAH (AR-RAHMAN) dan tunggu respon NYA. Rasakan rahmatNYA yang sudah
diberikan selama kepada kita (kita dinafaskan, jantung kita didenyutkan, rasa
iman yang diberikan, dll) dan rasakan sesuatu energy kasih sayang yang sangat
lembut yang mengalir yang mampu mengetarkan hati, mengguncang dada, dan yang
akan menjadi kekuatan kita (kekuatan dalam kelembutan) dalam menempuh hidup
ini.
Wajburni (Sempurnakan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA SEMPURNA dan tunggu responNYA berupa energy Ilahi yang akan membenahi
kekurangan dan kelemahan kita, energy yang begitu sempurna yang menggetarkan
hati.
Kondisi seperti inilah di dalam duduk iftirasy yang akan
dicapai, persoalan yang menghimpit disampaikan kepada ALLAH sebagai DZAT YANG
MENCIPTAKAN (AL-KHALIK), dan sebagai DZAT YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADI),
akan terasa lega dan lapang karena persoalan yang dihadapi sudah disampaikan
kepada ALLAH SANG PENGUASA LANGIT DAN BUMI.
Warfa’ni (Muliakan aku/Tinggikan derajatku
ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA MULIA (AL-MAAJID) dan MAHA MENINGGIKAN (AL-MUTA’AALI) dan tunggu
responNYA berupa getaran, yang dengan ketinggian derajatNYA akan mengangkat
martabat kita.
Warzuqni (Berilah aku rezki ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA MEMBERI RIZKI (AR-ROZZAAQ) dan sampaikan dengan bathin tentang
persoalan rizki dan usaha kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero
mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham. Ilham itu akan
turun spontan ke dalam pikiran spiritual anda berupa insight, yaitu berupa
bahasa setitik (enlightment) tetapi mengandung ilmu pengetahuan yang sangat
luas. Datangnya dengan tiba-tiba, bukan hasil lamunan, yaitu sebuah keputusan
yang jelas dan tidak meragukan. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa
ke dalam aktivitas di luar shalat.
Hal ini baik bagi orang yang sibuk serta banyak memerlukan
inspirasi dan kreasi dalam menjalankan pekerjaannya
Wahdini (Tuntunlah/Tunjukilah aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADII) dan sampaikan dengan bathin tentang
persoalan dan permasalahan kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero
mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham atau tuntunan
(isymat) yang terkadang disampaikan melalui tanda alamiah sambil dibarengi
perasaan yang jelas. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa ke dalam
aktivitas di luar shalat.
Jangan mengatur kehendak Allah, biarkan Allah yang mengatur
dengan kemauanNYA yang haq
Rasullullah telah mempraktekannya, di saat beliau mengalami
kebuntuan di dalam menjalankan strategi dakwahnya serta mendapatkan serangan
dan ancaman dari kaum kafir, maka beliau segera melakukan shalat dua rakaat.
Wa a’fini (Sehatkan/Sembuhkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA MEMULIHKAN/MAHA MENGEMBALIKAN (AL-MU’IID).
Pikirkan tubuh yang terasa sakit, lalu sampaikan rasa sakit
itu kepada Allah secara bathin sampai dirasakan respon getaran Ilahi mengalir
terhadap bagian yang sakit itu yang kemudian secara pelan-pelan akan terasa
berkurang rasa sakitnya.
Serahkan kontrol tubuh yang tampak (jasad) dan yang tidak
tampak (roh/jiwa) kepada Allah.
Jangan memaksa Allah dalam melakukan penyembuhan terhadap
sakit kita, kita diminta untuk berserah diri.
Kalaupun Allah menolak untuk menyembuhkan, itupun akan
disampaikan melalui shalat kita, dan kitapun dipersiapkan (dialiri rasa
bersedia oleh Allah) untuk menerima atas keputusan Allah tersebut, sehingga
sakit bukan lagi sebagai siksaan tetapi menjadi sarana untuk menyerahkan diri
dengan serela-relanya.
Wa’fu’anni (Maafkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT
YANG MAHA PEMAAF (AL-’AFUWW).
Sampaikan permohonan maaf secara bathin kepada Allah dengan
sepenuh jiwa, agar respon maaf dari Allah itu dikirimkan ke dalam jiwa dengan
getaran yang menyejukkan jiwa sehingga kita bisa merasakan kelegaan dan
keluasan jiwa yang luar biasa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar