.titlefield { text-decoration: none; color: #09F } .titlefield:hover { text-decoration: underline } .labelfield { color: brown; font-size: 90% } .datefield { color: #333; font-size: 90% } #data { width: 450px; height: 17px; border: 3px solid black; padding: 5px 5px; background-color: #CED0D1; margin: 5px auto; -moz-box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); -webkit-box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); position: relative; overflow: hidden; -moz-border-radius: 3px; -webkit-border-radius: 3px; border-radius: 3px } #data img { display: block; margin: 0 auto; text-align: center }

Senin, 27 Februari 2012

Renungan Doa Iftirosyi


Praktek duduk iftirasy :
Duduklah dengan tenang dan rileks, tetap pertahankan kondisi jiwa tetap berada di atas, selalu berada dalam keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh dan selalu ada di dalam kesadaran sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan), dan ucapkan :

Rabbighfirly (Ampunkan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PENGAMPUN (AL-GHAFUR) dan tunggu respon ampunanNYA. Rasakan sesuatu mengalir ke dalam dada, sesuatu yang sangat menyejukkan yang membuat kita merasa lapang dan lega.

Pada duduk iftirasy, tetap pertahankan kondisi jiwa tetap berada di atas, selalu berada dalam keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh dan selalu ada di dalam kesadaran sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan).

Di dalam duduk iftirasy terdapat bacaan do’a yang kita komunikasikan dengan ALLAH, memohon pertimbangan (petunjuk), memohon kesejahteraan, kesehatan maupun ampunan.

Secara psikologis manusia akan merasa lega setelah melampiaskan persoalan yang menghimpitnya kepada sahabatnya yang paling dekat, ia akan merasa puas apabila sang sahabat memberikan tanggapan dan empati yang menenangkan, meghibur dan memberinya jalan keluar. Kondisi ini akan terasa sampai hari-hari berikutnya, persoalan di dalam dadanya terasa dicabut.

Warhamni (Rahmati aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PEMURAH (AR-RAHMAN) dan tunggu respon NYA. Rasakan rahmatNYA yang sudah diberikan selama kepada kita (kita dinafaskan, jantung kita didenyutkan, rasa iman yang diberikan, dll) dan rasakan sesuatu energy kasih sayang yang sangat lembut yang mengalir yang mampu mengetarkan hati, mengguncang dada, dan yang akan menjadi kekuatan kita (kekuatan dalam kelembutan) dalam menempuh hidup ini.

Wajburni (Sempurnakan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA SEMPURNA dan tunggu responNYA berupa energy Ilahi yang akan membenahi kekurangan dan kelemahan kita, energy yang begitu sempurna yang menggetarkan hati.

Kondisi seperti inilah di dalam duduk iftirasy yang akan dicapai, persoalan yang menghimpit disampaikan kepada ALLAH sebagai DZAT YANG MENCIPTAKAN (AL-KHALIK), dan sebagai DZAT YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADI), akan terasa lega dan lapang karena persoalan yang dihadapi sudah disampaikan kepada ALLAH SANG PENGUASA LANGIT DAN BUMI.
Warfa’ni (Muliakan aku/Tinggikan derajatku ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MULIA (AL-MAAJID) dan MAHA MENINGGIKAN (AL-MUTA’AALI) dan tunggu responNYA berupa getaran, yang dengan ketinggian derajatNYA akan mengangkat martabat kita.

Warzuqni (Berilah aku rezki ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMBERI RIZKI (AR-ROZZAAQ) dan sampaikan dengan bathin tentang persoalan rizki dan usaha kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham. Ilham itu akan turun spontan ke dalam pikiran spiritual anda berupa insight, yaitu berupa bahasa setitik (enlightment) tetapi mengandung ilmu pengetahuan yang sangat luas. Datangnya dengan tiba-tiba, bukan hasil lamunan, yaitu sebuah keputusan yang jelas dan tidak meragukan. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa ke dalam aktivitas di luar shalat.

Hal ini baik bagi orang yang sibuk serta banyak memerlukan inspirasi dan kreasi dalam menjalankan pekerjaannya

Wahdini (Tuntunlah/Tunjukilah aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADII) dan sampaikan dengan bathin tentang persoalan dan permasalahan kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham atau tuntunan (isymat) yang terkadang disampaikan melalui tanda alamiah sambil dibarengi perasaan yang jelas. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa ke dalam aktivitas di luar shalat.

Jangan mengatur kehendak Allah, biarkan Allah yang mengatur dengan kemauanNYA yang haq
Rasullullah telah mempraktekannya, di saat beliau mengalami kebuntuan di dalam menjalankan strategi dakwahnya serta mendapatkan serangan dan ancaman dari kaum kafir, maka beliau segera melakukan shalat dua rakaat.

Wa a’fini (Sehatkan/Sembuhkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMULIHKAN/MAHA MENGEMBALIKAN (AL-MU’IID).

Pikirkan tubuh yang terasa sakit, lalu sampaikan rasa sakit itu kepada Allah secara bathin sampai dirasakan respon getaran Ilahi mengalir terhadap bagian yang sakit itu yang kemudian secara pelan-pelan akan terasa berkurang rasa sakitnya.

Serahkan kontrol tubuh yang tampak (jasad) dan yang tidak tampak (roh/jiwa) kepada Allah.
Jangan memaksa Allah dalam melakukan penyembuhan terhadap sakit kita, kita diminta untuk berserah diri.

Kalaupun Allah menolak untuk menyembuhkan, itupun akan disampaikan melalui shalat kita, dan kitapun dipersiapkan (dialiri rasa bersedia oleh Allah) untuk menerima atas keputusan Allah tersebut, sehingga sakit bukan lagi sebagai siksaan tetapi menjadi sarana untuk menyerahkan diri dengan serela-relanya.

Wa’fu’anni (Maafkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PEMAAF (AL-’AFUWW).

Sampaikan permohonan maaf secara bathin kepada Allah dengan sepenuh jiwa, agar respon maaf dari Allah itu dikirimkan ke dalam jiwa dengan getaran yang menyejukkan jiwa sehingga kita bisa merasakan kelegaan dan keluasan jiwa yang luar biasa

0 komentar: