.titlefield { text-decoration: none; color: #09F } .titlefield:hover { text-decoration: underline } .labelfield { color: brown; font-size: 90% } .datefield { color: #333; font-size: 90% } #data { width: 450px; height: 17px; border: 3px solid black; padding: 5px 5px; background-color: #CED0D1; margin: 5px auto; -moz-box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); -webkit-box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); box-shadow: inset 0 0 10px rgba(0, 0, 0, 0.16); position: relative; overflow: hidden; -moz-border-radius: 3px; -webkit-border-radius: 3px; border-radius: 3px } #data img { display: block; margin: 0 auto; text-align: center }

Senin, 27 Februari 2012

Tingkatan Diri


1.      Diri yang memerintahkan Kejahatan
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang (Q.S.Yusuf ayat 53)

ini merupakan tingkat diri manusia terrendah, tingkat di mana orang kafir dan lalai berasal, tercover dalam mengingat Allah, yang ada hanya menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan hawa nafsu tanpa memikirkan akibatnya.

2.      Diri yang Menyalahkan (Diri)
Melaksanakan hukum syari'ah dengan cara terbaik yang mereka mampu, serta berusaha ikhlas dalam aktivitasnya dan mengerjakan kebaikan dalam setiap situasi. Biasanya gagal hidup sesuai dengan idealitas Qur'an dan Sunnah nabi, meskipun mereka tidak mengangkat bahwa seakan-akan tidak ada yang salah. Sebaliknya, mereka menyalahkan dirinya sendiri karena tidak berjuang keras di jalan Allah. Mereka meiliki perasaan bersalah di hadapan Allah, karena mereka beribadah kepada-Nya "seperti jika mereka melihat-Nya.

3.      Diri yang penuh kedamaian
 "Hai jiwa yang tenang,Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya,Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku.Q.S.Al-Fajr :27-30

Inilah Diri yang kembali kepada Allah di dunia ini. Diri seperti itu merupakan milik orang-orang yang membangun ihsan pada satu tingkat bahwa mereka beribadah kepada Allah bukan "seperti jika" mereka melihat-Nya, namun benar-benar melihat-Nya hadir pada segala sesuatu, termasuk diri mereka sendiri.

Wallahu'Alam
Roni Rodiana, S. Kom.I

0 komentar: